Senin, 05 November 2018

Ulasan pers Arab: kemarahan Iran pada kemunafikan pemerintah




Memuncaknya kemarahan di Iran di pemerintahan
Di tengah pengenaan hukuman AS tahap ke 2, berbagai segmen masyarakat Iran sudah mengeluh tentang praktik pemerintah, berdasarkan laporan oleh Asharq al-Awsat.

Surat keterangan Saudi mengutip seseorang pedagang, bernama Chahine, yang memiliki toko kelontong di Teheran, menyampaikan: "Dua bulan yg kemudian, rak-rak di toko aku  penuh dengan barang, akan tetapi kini   tokonya semakin kosong hari demi hari," menambahkan bahwa " orang-orang nir membeli barang lagi, karena harga meningkat bahkan tidak setiap bulan tetapi setiap hari, seolah-olah kita nir memiliki pemerintah. "

Harga pada Iran sudah mencapai rekor tertinggi selama 2 bulan terakhir, menggunakan kenaikan 300 persen dalam biaya  makanan & produk susu, kata laporan itu.

Dengan meningkatnya popularitas platform media sosial, orang Iran telah melihat politisi yang menampakan permusuhan publik terhadap Alaihi Salam dan Barat mengirim anak-anak mereka untuk tinggal di sana, sementara ratusan ribu anak pada banyak sekali kota Iran tidak memiliki akses ke dasar-dasar yg bermartabat. Hayati, surat berita Saudi melaporkan.

Sheikh Hadi, seseorang ulama berusia tujuh puluhan, berseru: "Mereka hayati dalam hak istimewa, ad interim kita semua menderita," mencatat bahwa "masyarakat Iran lelah dengan slogan yg dibangkitkan sang rezim yg menyangkal orang-orangnya berhak buat hidup dengan martabat. Tidak hanya di bumi ini atau bahkan di akhirat.

"Ini bukan hanya tentang hukuman AS, lantaran kasus ini terutama asal menurut gangguan pemerintah yg mengganggu di seluruh global. Rezim Iran sudah melupakan rakyatnya dan terlibat dalam usaha negara lain."

Guru Yordania ditangkap atas posting Facebook
Jaksa penuntut generik di Yordania telah memerintahkan penangkapan seorang guru universitas, Mohamed Zayed Obeidat, karena komentar yang beliau terbitkan di laman Facebook-nya, berdasarkan surat berita Yordania al-Ghad.

Sumber Yordania berkata Obeidat menuduh kepala departemen kesehatan pada kota Irbid memberikan vaksin busuk pada 59 siswa di satu sekolah sebulan yg kemudian, mendorong seseorang pejabat pemerintah buat mengajukan keluhan terhadapnya.

Obeidat pula menerbitkan tuduhan bocor dan menjual soal-soal ujian pada Fakultas Kedokteran, Universitas Yordania, dan menuduh sejumlah pejabat pemerintah terlibat.

Obeidat memiliki gelar PhD pada kajian media & bekerja menjadi profesor di Departemen Media pada Zarqa Private University pada Yordania.

Jordan untuk mendiskusikan embargo peziarah Palestina pada Riyadh
Menteri urusan agama Yordania, Abdel Nasser Abu al-Basal, mengatakan delegasi resmi akan mengunjungi Arab Saudi buat membahas penolakan visa ke Palestina dengan paspor Yordania sementara berdasarkan melakukan ziarah, berdasarkan situs warta Arabi21.

Abu al-Basal menambahkan bahwa delegasi terdiri berdasarkan perwakilan dari Kementerian Dalam Negeri, Luar Negeri & Wakaf dan akan melakukan bepergian ke Arab Saudi selama beberapa hari mendatang untuk membahas kasus ini.

"Yordania telah mengeluarkan paspor sementara bagi orang Palestina buat berziarah dan mengunjungi tempat-loka suci. Prosedur ini telah berlaku selama bertahun-tahun sehabis keputusan almarhum Raja Hussein bin Talal," dia menyebutkan.

Di Yordania, terdapat lebih dari 140.000 warga  Palestina dari Jalur Gaza yg mempunyai paspor Yordania ad interim. Orang-orang itu dicegah memasuki Saudi Arabia & mengunjungi loka-tempat suci buat melakukan Haji & Umroh travel wisata halal, mengikuti langkah Riyadh pada bulan September.

Secara total embargo itu menghipnotis lebih dari 600.000 orang Palestina.